Engkau Lebih Butuh Akan Nasehatmu Sebelum Orang Lain Wahai Saudaraku

15.20

Di sela- sela membaca buku “ Asalibud Da’wah “, mata ini tertuju pada sebuah pesan yang disampaikan oleh seorang ulama yang terkenal dengan zuhudnya, tauladanya yang baik, serta yang dikenal juga sebagai Sayyidul Wu’aadzh( yakni tuannya penasihat). Beliau adalah Abul ‘Abbas Muhammad Ibnu Shobiih atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnus Samak.

Di dalam buku tersebut beliau menyatakan rasa sedihnya melihat banyak di kalangan para da’I yang mereka berkata akan tetapi tindakannya tidak mengiyakan perkataan tersebut, mereka menasehati akan tetapi diri tak ternasihatkan, mereka mengarahkan ( kepada kebaikan ) akan tetapi diri mereka sendiri tidak terarahkan.

Beliau berkata;

" كم من مذكر بالله ناس لله.... و كم من مخوف بالله جريء على الله.... و كم من مقرب إلى الله بعيد
" عن الله..... و كم من داع إلى الله فار من الله.... و كم من تال لكتاب الله منسلخ عن آيات الله

“ Berapa banyak yang mengingatkan (orang lain) akan Allah lupa dengan Allah….. berapa banyak yang menumbuhkan rasa takut (kepada orang lain) terhadap Allah berani kepada Allah…… dan berapa banyak yang mendekatkan (orang lain) kepada Allah akan tetapi dirinya jauh dari Allah……berapa banyak pula dari Da’I yang berdakwah di jalan Allah malahb lari mjenjauh dari-Nya….. dan berapa banyak yang membacakan (kepada orang lain) kitabullah melepaskan diri dari ayat- ayat Allah.”

Na’udzubillah min dzalik…

Maka ikhwah sekalian - barokallahu fiikum -, dari tulisan ini ana ingin berwasiat kepada antum semua terlebih lagi kepada diri ana sendiri yang sangat jauh dari kesempurnaan. Kalaulah bukan karna satu ayat didalam Al-qur’an yang menyatakan bahwa seluruh insan itu berada dalam kerugian kecuali mereka yang saling memberi nasihat, maka tidak berani rasanya diri ini untuk memberi nasihat. Kalaulah bukan karna kecintaan ana kepada antum didasari atas kecintaan ana kepada Allah dan Rasul- Nya, tidaklah ana salin tulisan yang panjang ini.

Ketahuilah wahai saudaraku bahwasannya pelaku amar ma’ruf dan nahi munkar hendaklah takut kepada Allah, bukan terhadap manusia. Hendaknya ia jujur dalam amar ma’ruf dan nahi mungkarnya, baik dalam keadaan sendiri maupun didepan khalayak ramai. Tidak berhati malaikat secara zhohir namun batinnya bak syaithon. Dan hendaklah ia waspada akan masuknya ia didalam jenis orang yang Allah ceritakan didalam Al-qur’an :

" يستخفون من الناس و لا يستخفون من الله و هو معهم "

“ Mereka dapat bersembunyi dari manusia, akan tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah , karena Allah beserta mereka “ ( Q.S An- Nisa’: 108).

Berkatalah Ibnu ‘Abdil Bar :

Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al-qur’an benar- benar telah mencela suatu kaum yang mana mereka memerintahkan manusia akan suatu kebajikan, sedangkan mereka tidak mengerjakannya. Allah cela mereka dengan celaan yang pedas yang senantiasa dibaca sepanjang masa hingga hari kiamat. Allah berfirman :

أتأمرون الناس بالبر و تنسون أنفسكم و أنتم تتلون الكتاب أفلا تعقلون

“ Mengapa kamu menyuruh orang lain ( mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab(Taurat) ? Tidakkah kamu mengerti ?”

Dan diantara ancaman yang datang di dalam sunnah tentang hal ini ialah Sabda Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan Abu Zaid (Usaman) bin Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya ia berkata: Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “seorang dihadapkan di hari kiamat kemudian dilemparkan kedalam neraka, maka keluar usus perutnya, lalu berputar-putar di dalam neraka bagaikan himar(keledai) yang berputar-putar disekitar penggilingan, maka berkerumunlah ahli neraka kepadanya sambil bertanya, “Hai fulan ada apa engkau?, tidak kah engkau dahulu menganjurkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran ? Jawabannya, Benar, aku dahulu  menganjurkan kebaikan, tetapi tidak aku kerjakan, dan mencegah kemungkaran, tetapi aku kerjakan” ( H.R Bukhari dan Muslim).

Ikhwati fillah a’azzaniyallahu wa iyyakum …

Marilah kita tingkatkan rasa keikhlasan kita dalam berda’wah dijalan Allah ini. Jangan sampai lisan ini menghimbau manusia kepada kebajikan lalu perbuatan ini mengingkari lisan kita. Himbaulah manusia kearah yang baik sesukamu asalkan perbuatan ini selaras dengan himbauanmu. Cegahlah manusia dari kemungkaran apabila mereka salah, asalkan dirimu tidak serta didalamnya.
Abu Al- ‘Atahiyyah berkata:

قد بين الرحمن مقت الذي ..... يأمر بالحق و لا يفعل
من كان لا تشبه أفعاله ........... أقواله فصمته أجمل

Ar- Rahman ( Allah) telah menyatakan kebencian- Nya terhadap seseorang……Yang ia menyeru kepada kebajikan dan tidak mengerjakannya.

Barang siapa yang perbuatannya tidak selaras ………. dengan perkataannya, maka dengan keadaannya yang begitu diamnya ia lebih baik.


Sebuah pertanyaan yang mungkin akan terbersit di pikiran kita, Apakah ada syarat ‘adalah ( dapat kita artikan sebagai kepribadian yang hampir sempurna) dalam amar ma’ruf nahi munkar? Dan apakah disyaratkan atas seorang da’I bahwa ia harus terlepas dari seluruh dosa dan kesalahan? Insya Allah kita akan mengupas pembahasan ini di lain waktu.

Hanya ini nasihat ana kepada antum, semoga dapat diambil pelajaran darinya, barokallahu fiikum jami’an ….. bittaufiq wen nagaah.

bersambung.......



Dinukil dari Muqorror Fakultas Ushuluddin Tingkat 3 jurusan Hadits yang berjudul  “ Tuhfatul Arib bima lidda’wati min Wasaila wa Asaliba ” karangan Dr. Husein Hamid ‘Umar Ad- diib.
____________________
Minyat Samannud
Jum’at, 6 Rajab 1436 H



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »