Di sela- sela membaca buku “
Asalibud Da’wah “, mata ini tertuju pada sebuah pesan yang disampaikan oleh
seorang ulama yang terkenal dengan zuhudnya, tauladanya yang baik, serta yang
dikenal juga sebagai Sayyidul Wu’aadzh( yakni tuannya penasihat). Beliau
adalah Abul ‘Abbas Muhammad Ibnu Shobiih
atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnus Samak.
Di dalam buku tersebut beliau menyatakan rasa sedihnya melihat banyak di
kalangan para da’I yang mereka berkata akan tetapi tindakannya tidak mengiyakan
perkataan tersebut, mereka menasehati akan tetapi diri tak ternasihatkan,
mereka mengarahkan ( kepada kebaikan ) akan tetapi diri mereka sendiri tidak
terarahkan.
Beliau berkata;
" كم من مذكر بالله ناس لله....
و كم من مخوف بالله جريء على الله.... و كم من مقرب إلى الله بعيد
" عن الله..... و كم من داع إلى الله فار من
الله.... و كم من تال لكتاب الله منسلخ عن آيات الله
“ Berapa banyak
yang mengingatkan (orang lain) akan Allah lupa dengan Allah….. berapa banyak
yang menumbuhkan rasa takut (kepada orang lain) terhadap Allah berani kepada
Allah…… dan berapa banyak yang mendekatkan (orang lain) kepada Allah akan
tetapi dirinya jauh dari Allah……berapa banyak pula dari Da’I yang berdakwah di
jalan Allah malahb lari mjenjauh dari-Nya….. dan berapa banyak yang membacakan
(kepada orang lain) kitabullah melepaskan diri dari ayat- ayat Allah.”
Na’udzubillah min dzalik…
Maka ikhwah sekalian - barokallahu
fiikum -, dari tulisan ini ana ingin berwasiat kepada antum semua terlebih
lagi kepada diri ana sendiri yang sangat jauh dari kesempurnaan. Kalaulah bukan
karna satu ayat didalam Al-qur’an yang menyatakan bahwa seluruh insan itu
berada dalam kerugian kecuali mereka yang saling memberi nasihat, maka tidak
berani rasanya diri ini untuk memberi nasihat. Kalaulah bukan karna kecintaan
ana kepada antum didasari atas kecintaan ana kepada Allah dan Rasul- Nya,
tidaklah ana salin tulisan yang panjang ini.
Ketahuilah wahai saudaraku
bahwasannya pelaku amar ma’ruf dan nahi munkar hendaklah takut kepada Allah,
bukan terhadap manusia. Hendaknya ia jujur dalam amar ma’ruf dan nahi mungkarnya,
baik dalam keadaan sendiri maupun didepan khalayak ramai. Tidak berhati
malaikat secara zhohir namun batinnya bak syaithon. Dan hendaklah ia waspada
akan masuknya ia didalam jenis orang yang Allah ceritakan didalam Al-qur’an :
" يستخفون من الناس و لا
يستخفون من الله و هو معهم "
“
Mereka dapat bersembunyi dari manusia, akan tetapi mereka tidak dapat
bersembunyi dari Allah , karena Allah beserta mereka “ ( Q.S An- Nisa’: 108).
Berkatalah Ibnu ‘Abdil
Bar :
Allah subhanahu wa ta’ala
di dalam Al-qur’an benar- benar telah mencela suatu kaum yang mana mereka
memerintahkan manusia akan suatu kebajikan, sedangkan mereka tidak
mengerjakannya. Allah cela mereka dengan celaan yang pedas yang senantiasa
dibaca sepanjang masa hingga hari kiamat. Allah berfirman :
أتأمرون الناس بالبر و تنسون أنفسكم و أنتم
تتلون الكتاب أفلا تعقلون
“
Mengapa kamu menyuruh orang lain ( mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu
melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab(Taurat) ? Tidakkah kamu
mengerti ?”
Dan diantara
ancaman yang datang di dalam sunnah tentang hal ini ialah Sabda Rasullullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
diriwayatkan Abu
Zaid (Usaman) bin Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu bahwasannya ia berkata:
Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda
“seorang dihadapkan di hari kiamat kemudian dilemparkan kedalam neraka, maka
keluar usus perutnya, lalu berputar-putar di dalam neraka bagaikan himar(keledai)
yang berputar-putar disekitar penggilingan, maka berkerumunlah ahli neraka
kepadanya sambil bertanya, “Hai fulan ada apa engkau?, tidak kah engkau dahulu
menganjurkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran ? Jawabannya, Benar, aku
dahulu menganjurkan kebaikan, tetapi
tidak aku kerjakan, dan mencegah kemungkaran, tetapi aku kerjakan” ( H.R
Bukhari dan Muslim).
Ikhwati fillah a’azzaniyallahu
wa iyyakum …
Marilah kita tingkatkan rasa keikhlasan kita dalam berda’wah dijalan
Allah ini. Jangan sampai lisan ini menghimbau manusia kepada kebajikan lalu
perbuatan ini mengingkari lisan kita. Himbaulah manusia kearah yang baik
sesukamu asalkan perbuatan ini selaras dengan himbauanmu. Cegahlah manusia dari
kemungkaran apabila mereka salah, asalkan dirimu tidak serta didalamnya.
Abu Al- ‘Atahiyyah berkata:
قد بين الرحمن مقت الذي ..... يأمر بالحق و
لا يفعل
من كان لا تشبه أفعاله ........... أقواله
فصمته أجمل
Ar- Rahman
( Allah) telah menyatakan kebencian- Nya terhadap seseorang……Yang ia menyeru
kepada kebajikan dan tidak mengerjakannya.
Barang
siapa yang perbuatannya tidak selaras ………. dengan perkataannya, maka dengan
keadaannya yang begitu diamnya ia lebih baik.
Sebuah pertanyaan yang mungkin akan terbersit di pikiran kita, Apakah
ada syarat ‘adalah ( dapat kita artikan sebagai kepribadian yang hampir sempurna)
dalam amar ma’ruf nahi munkar? Dan apakah disyaratkan atas seorang da’I bahwa
ia harus terlepas dari seluruh dosa dan kesalahan? Insya Allah kita
akan mengupas pembahasan ini di lain waktu.
Hanya ini nasihat ana kepada antum, semoga dapat diambil pelajaran
darinya, barokallahu fiikum jami’an ….. bittaufiq wen nagaah.
bersambung.......
Dinukil dari Muqorror
Fakultas Ushuluddin Tingkat 3 jurusan Hadits yang berjudul “ Tuhfatul Arib bima lidda’wati min Wasaila wa
Asaliba ” karangan Dr. Husein Hamid ‘Umar Ad- diib.
____________________
Minyat Samannud
Jum’at, 6 Rajab 1436 H
EmoticonEmoticon